INSTRUMEN PENILAIAN NON-TES
A. Hakikat Penilaian
Penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis,
dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi
yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
Penilaian dalam KTSP adalah penilaian berbasis kompetensi, yaitu bagian
dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan untuk mengetahui pencapaian
kompetensi peserta didik yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Penilaian dilakukan selama proses pembelajaran dan/atau pada akhir
pembelajaran. Fokus penilaian pendidikan adalah keberhasilan belajar peserta
didik dalam mencapai standar kompetensi yang ditentukan. Pada tingkat mata
pelajaran, kompetensi yang harus dicapai berupa Standar Kompetensi (SK) mata
pelajaran yang selanjutnya dijabarkan dalam Kompetensi Dasar (KD). Untuk
tingkat satuan pendidikan, kompetensi yang harus dicapai peserta didik adalah
Standar Kompetensi Lulusan (SKL).
Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan satuan pendidikan
dalam mengelola proses pembelajaran. Penilaian merupakan bagian yang penting
dalam pembelajaran. Dengan melakukan penilaian, pendidik sebagai pengelola
kegiatan pembelajaran dapat mengetahui kemampuan yang dimiliki peserta didik,
ketepatan metode mengajar yang digunakan, dan keberhasilan peserta didik dalam
meraih kompetensi yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil penilaian, pendidik
dapat mengambil keputusan secara tepat untuk menentukan langkah yang harus
dilakukan selanjutnya. Hasil penilaian juga dapat memberikan motivasi kepada
peserta didik untuk berprestasi lebih baik.
B. Pengertian Penilaian Non Test
Belajar dan mengajar mengandung 3 unsur yaitu perencanaan pengajaran,
kegiatan belajar mengajar dan penilaian . Pada dasarnya penilaian atau evaluasi
bukan hal yang baru dalam proses pencapaian tujun pengajaran, karena penilaian
merupakan tuntutan logis dari hakikat belajar mengajar. Hal ini disebabkan
karena dari seluruh rangkaian belajar mengajar, penilaian menentukan dan
mengukur seberapa besar pelajaran yang sudah dikuasai oleh anak didik, dan
apakah kegiatan pengajaran yang telah dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan
(Hasan dan Zainul, 1992).
Ditinjau dari segi bahasa, sebagaimana dikutip dari buku Kamus lengkap
Bahasa Indonesia, dijelaskan bahwa penilaian diartikan sebagai proses
menggunakan nilai suatu objek untuk dapat menentukan suatu nilai atau hanya
suatu objek diperlukan adanya ukuran atau kriteria (Poerwaderminta, 1984: 671).
Sedangkan menurut Sudjana (1989: 3), “Penilaian adalah proses memberikan atau
menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu criteria tertentu”.
Adapun menurut Hasyim (1997: 103), “Penilaian meliputi seluruh proses dan alat
yang digunakan oleh guru untuk mengambil keputusan mengenai perkembangan atau
penilaian hasil belajar siswanya”.
Dari beberapa pendapat di atas, maka penilaian diartikan sebuah istilah
umum yang menunjukkan sebuah rentang segala prosedur yang digunakan untuk
memperoleh informasi mengenai belajar siswa (pengamatan, penilaian, penampilan
atau proyek test tertulis) dan pembentukan nilai dan pertimbangan mengenai
kemajuan belajar siswa.
Mengingat penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap
kegiatan belajar yang digunakan baik siswa maupun guru dan pencapaian tujuan-tujuan
pengajaran, maka dalam penilaian yang dilihat sejauh mana keefektifan dalam
efisiensinya dalam mencapai tujuan pengajaran atau perubahan tingkah laku
siswa. Oleh sebab itu, penilaian hasil dan proses belajar saling berkaitan satu
sama lain sebab hasil merupakan akibat dari proses.
Pada umumnya alat penilaian dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu test dan
non test. Kedua jenis ini dapat digunakan untuk menilai sasaran penilaian.
Menurut Sudjana (1989:6) “Pengertian test sebagai alat penilaian adalah pernyataan-pernyataan
yang diberikan pada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan
(test lisan) dan dalam bentuk tertulis (test tertulis) atau dalam bentuk
perbuatan (test tindakan)”.
Pada umumnya penilaian non test adalah penilaian pengamatan perubahan
tingkah laku yang berhubungan dengan apa yang dapat diperbuat atau dikerjakan
oleh peserta didik dibandingkan dengan apa yang diketahui atau dipahaminya.
Dengan kata lain penilaian non test behubungan dengan penampilan yang dapat
diamati dibandingkan dengan pengetahuan dan proses mental lainnya yang tidak
dapat diamati oleh indera.
Adapun menurut Hasyim (1997: 8) ”Penilaian non test adalah penilaian
yang mengukur kemampuan siswa secara langsung dengan tugas-tugas riil dalam
proses pembelajaran. Contoh penilaian non test banyak terdapat pada
keterampilan menulis untuk bahasa, percobaan laboratorium sains, bongkar pasang
mesin, teknik dan sebagainya”.
Disamping penilaian non test merupakan suatu kesatuan dengan penilaian test lainya, karena test pada dasarnya menilai apa yang diketahui, dipahami, diaplikasikan atau yang dapat dilakukan oleh pesrta didik dalam tingkatan proses mental yang lebih tinggi. Meskipun itu dapat didemonstrasi dalam tingkah lakunya. Karena itu dibutuhkan beberapa penilaian non test yang merupakan bagian keseluruhan dari penilaian hasil belajar peserta didik. Dan penilaian non test ini pula merupakan penilaian otentik yang menilai keterampilan dan pemahaman dengan menilai secara langsung performa murid dengan setting yang alami.
Disamping penilaian non test merupakan suatu kesatuan dengan penilaian test lainya, karena test pada dasarnya menilai apa yang diketahui, dipahami, diaplikasikan atau yang dapat dilakukan oleh pesrta didik dalam tingkatan proses mental yang lebih tinggi. Meskipun itu dapat didemonstrasi dalam tingkah lakunya. Karena itu dibutuhkan beberapa penilaian non test yang merupakan bagian keseluruhan dari penilaian hasil belajar peserta didik. Dan penilaian non test ini pula merupakan penilaian otentik yang menilai keterampilan dan pemahaman dengan menilai secara langsung performa murid dengan setting yang alami.
Meskipun bentuk-bentuk test formal sangat lazim digunakan sampai pada
test yang digunakan, tetap saja ditemukan berbagai kelemahan didalam sistemnya.
Kelemahan tersebut antara lain penilaian yang hanya berfokus pada aspek
kognitif dengan materi dan keterampilan yang sangat terbatas, tidak memerlukan
nalar dan keterampilan pemecahan masalah,serta tidak menilai menerapkan secara
langsung dalam dunia nyata untuk mengatasinya, diperlukan jenis penilaian lain
yaitu non test.
C. Fungsi Penilaian Non Test.
Inti penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai pada objek
tertentu berdasarkan suatu criteria tertentu. Mengimplementasikan adanya suatu
perbandingan antara criteria dan kenyataan dalam konteks situasi tertentu. Hal
ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa,
yaitu adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang
luas mencakup bidang kognitif, efektif dan psikomotorik. Penilaian proses
belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan oleh guru dalam mencapai tujuan pengajaran. Sejauh mana keaktifan dan
efisiensinya dalam perubahan tingkah laku siswa.
Sejalan dengan pengertian tentang penilaian non test yang dikemukakan oleh Hasyim (1997:6), penilaian non test berfungsi antara lain sebagai berikut:
Sejalan dengan pengertian tentang penilaian non test yang dikemukakan oleh Hasyim (1997:6), penilaian non test berfungsi antara lain sebagai berikut:
- Alat untuk mengetahui
tercapai tidaknya tujuan instruksional. Dengan fungsi ini maka penilaian
dapat mengacu pada rumusan-rumusan instruksional.
- Umpan balik bagi perbaikan
proses belajar mengajar, perbaikan mungkin dilakukan dalam hal tujuan
instruksional, kegiatan siswa, strategi mengajar guru, dan lain-lain.
- Dalam menyusun laporan pengajuan
belajar siswa kepada para orang tuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan
kemampuan dan kecakapan belajar siswa dalam berbagai bidang studi dalam
bentuk nila-nilai prestasi yang didapatnya.
- Dapat digunakan untuk menilai
berbagai aspek kognitif tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik.
- Dapat memberikan pertanggung
jawaban (accountability) dari pihak sekolah pada pihak pihak yang lain,
karena diperoleh langsung dari proses belajar baik di kelas, laboratorium,
lapangan, dan lain-lain.
D. Teknik Non – Test
Teknik non-tes merupakan prosedur mengumpulkan data untuk memahami
pribadi siswa pada umumnya bersifat kualitatif. Alat penilaian dapat berarti
teknik evaluasi. Tehnik evaluasi nontes berarti melaksanakan penilain dengan
tidak mengunakan tes. Tehnik penilaian ini umumnya untuk menilai kepribadian
anak secara menyeluruh meliputi sikap, tingkah laku, sifat, sikap sosial,
ucapan, riwayat hidup dan lain-lain. Yang berhubungan dengan kegiatan belajar
dalam pendidikan, baik secara individu maupun secara kelompok.
Alat penilaian yang non-test, yang biasanya menyertai atau inheren dalam pelaksanaan proses belajar mengajar sangat banyak macamnya. Di antaranya bisa disebutkan adalah observasi (baik dengan cara langsung, tak langsung, maupun partisipasi), wawancara (terstruktur atau bebas), angket (tertutup atau terbuka), sosiometri, checklist, concept map, portfolio, student journal, pertanyaan-pertanyaan, dan sebagainya.
Alat penilaian yang non-test, yang biasanya menyertai atau inheren dalam pelaksanaan proses belajar mengajar sangat banyak macamnya. Di antaranya bisa disebutkan adalah observasi (baik dengan cara langsung, tak langsung, maupun partisipasi), wawancara (terstruktur atau bebas), angket (tertutup atau terbuka), sosiometri, checklist, concept map, portfolio, student journal, pertanyaan-pertanyaan, dan sebagainya.
Keberhasilan siswa dalam proses belajar-mengajar tidak dapat diukur
dengan alat tes. Sebab masih banyak aspek-aspek kemampuan siswa yang sulit
diukur secara kuantitatif dan mencakup objektifitas misalnya aspek efektif
psikomotor.
Beberapa macam teknik non-tes diantaranya yaitu:
1. Observasi (pengamatan)
Beberapa macam teknik non-tes diantaranya yaitu:
1. Observasi (pengamatan)
Yaitu teknik atau cara mengamati suatu keadaan atau suatu kegiatan
(tingkah laku). Yang paling berperan disini adalah panca indra atau pengindraan
terutama indra penglihatan. Selain itu observasi merupakan suatu pengamatan
langsung terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah lakunya. Secara umum
observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan
dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.
Adapun ciri-ciri observasi sebagai berikut:
Adapun ciri-ciri observasi sebagai berikut:
·
dilakukan sesuai dengan
tujuan yang dirumuskan terlebih dahuluØ
·
direncanakan secara sistematisØ
·
hasilnya dicatat dan diolah sesuai tujuanØ
·
perlu diperiksa ketelitiannya.
a. Pembagian Observasi
Menurut cara dan tujuannya observasi dapat dibedakan menjadi 3 macam:
1) Observasi partisipatif dan non-partisipatif
Observasi partisipatif adalah observasi dimana orang yang mengobservasi (observer) ikut ambil bagian alam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diamatinya. Sedangkan observasi non-partisipatif, observasi tidak mengambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objeknya. Atau evaluator berada “diluar garis” seolah-olah sebagai penonton belaka. Contoh observasi partisipatif : Misalnya guru mengamati setiap anak. Kalau observasi non-partisipatif, guru hanya sebagai pengamat, dan tidak ikut bermain.
2) Observasi sistematis dan observasi non-sitematis
Observasi sistematis adalah observasi yang sebelum dilakukan, observer sudah mengatur sruktur yang berisi kategori atau kriteria, masalah yang akan diamati. Sedangkan observasi non-sistematis yaitu apabila dalam pengamatan tidak terdapat stuktur ketegori yang akan diamati.
Contoh observasi sistematis misalnya guru yang sedang mengamati anak-anak menanam bunga. Disini sebelum guru melaksanakan observasi sudah membuat kategori-kategori yang akan diamati, misalnya tentang: kerajinan, kesiapan, kedisiplinan, ketangkasan, kerjasama dan kebersihan. Kemudian ketegori-kategori itu dicocokkan dengan tingkah laku murid dalam menanam bunga.
Kalau observasi nonsistematis maka guru tidak membuat kategori-kategori diatas, tetapi langsung mengamati anak yang sedang menanam bunga.
3) Observasi Eksperimental
Observasi eksperimental adalah observasi yang dilakukan secara non-partisipatif tetapi sistematis. Tujuannya untuk mengetahui atau melihat perubahan, gejala-gejala sebagai akibat dari situasi yang sengaja diadakan.
Sebagai alat evaluasi , observasi digunakan untuk:
·
Menilai minat, sikap dan
nilai yang terkandung dalam diri siswa.
·
Melihat proses kegiatan
yang dilakukan oleh siswa maupun kelompok.
·
Suatu tes essay /
obyektif tidak dapat menunjukan seberapa kemampuan siswa dapat menjelaskan
pendapatnya secara lisan, dalam bekerja kelompok dan juga kemampuan siswa dalam
mengumpulkan data.
b. Sifat Observasi
Observasi yang baik dan tepat harus memilki sifat-sifat tertentu yaitu:
Observasi yang baik dan tepat harus memilki sifat-sifat tertentu yaitu:
·
Hanya dilakukan sesuai
dengan tujuan pengajaran
·
Direncanakan secara
sistematis
·
Hasilnya dicatat dan
diolah sesuai dengan tujuan
·
Dapat diperiksa
validitas, rehabilitas dan ketelitiannya.
c. Kelebihan dan
Kelemahan Observasi
Observasi sebagai alat penilain non-tes, mempunyai beberapa kelebihan, antara lain:
Observasi sebagai alat penilain non-tes, mempunyai beberapa kelebihan, antara lain:
·
Observasi dapat
memperoleh data sebagai aspek tingkah laku anak.
·
Dalam observasi
memungkinkan pencatatan yang serempak dengan terjadinya suatu gejala atau
kejadian yang penting
·
Observasi dapat dilakukan
untuk melengkapi dan mencek data yang diperoleh dari teknik lain, misalnya
wawancara atau angket
·
Observer tidak perlu
mengunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan objek yang diamati, kalaupun
menggunakan, maka hanya sebentar dan tidak langsung memegang peran.
Selain
keuntungan diatas, observer juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:
- Observer tidak dapat
mengungkapkan kehidupan pribadi seseorang yang sangat dirahasiakan.
Apabila seseorang yang diamati sengaja merahasiakan kehidupannya maka
tidak dapat diketahui dengan observasi. Misalnya mengamati anak yang
menyayi, dia kelihatan gembira, lincah . Tetapi belum tentu hatinya
gembira, dan bahagia. Mungkin sebaliknya, dia sedih dan duka tetapi
dirahasiakan.
- Apabila si objek yang
diobservasi mengetahui kalau sedang diobservasi maka tidak mustahil
tingkah lakunya dibuat-buat, agar observer merasa senang.
- Observer banyak tergantung
kepada faktor-faktor yang tidak dapat dapat dikontrol sebelumya.
Langkah-langkah menyusun observasi :
1. Merumuskan tujuan
2. Merumuskan kegiatan
3. Menyusun langkah-langkah
4. Menyusun kisi-kisi
5. Menyusun panduan observasi
6. Menyusun alat penilaian
2. Wawancara (Interview)
Wawancara, suatu cara yang dilakukan secara lisan yang berisikan
pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan tujuan informasi yang hendak digali.
wawancara dibagi dalam 2 kategori, yaitu pertama, wawancara bebas yaitu si
penjawab (responden) diperkenankan untuk memberikan jawaban secara bebas sesuai
dengan yang ia diketahui tanpa diberikan batasan oleh pewawancara. Kedua adalah
wawancara terpimpin dimana pewawancara telah menyusun pertanyaan pertanyaan
terlebih dahulu yang bertujuan untuk menggiring penjawab pada
informasi-informasi yang diperlukan saja.
Wawancara adalah suatu tehnik penilain yang dilakukan dengan jalan
percakapan (dialog) baik secara langsung (face to face relation) secara
langsung apabila wawancara itu dilakukan kepada orang lain misalnya kepada orang
tuannya atau kepada temanya.
Keberhasilan wawancara sebagai alat penilaian sangat dipengaruhi oleh
beberapa hal :
1. Hubungan baik pewawancara dengan anak yang diwawancarai.
1. Hubungan baik pewawancara dengan anak yang diwawancarai.
Dalam
hal ini hendaknya pewawancara dapat menyesuikan diri dengan orang yang
diwawancarai
2.
Keterampilan pewawancara
Keterampilan
pewawancara sangat besar pengaruhnya terhadap hasil wawancara yang dilakukan,
karena guru perlu melatih diri agar meiliki keterampilan dalam melaksanakan
wawancara.
3.
Pedoman wawancara
Keberhasilan
wawancara juga sangat dipengaruhi oleh pedoman yang dibuat oleh guru sebelum
guru melaksanakan wawancara harus membuat pedoman-pedoman secara terperinci,
tentang pertanyaan yang akan diajukan.
Langkah-langkah penyusunan wawancara :
1. Perumusan tujuan
2. Perumusan kegiatan atau aspek-aspek yang dinilai
3. Penyusunan kisi-kisi
4. Penyusunan pedoman wawancara
5. Lembaran penilaian
Kelebihan dan kelemahan wawancara
Kelebihan wawancara yaitu :
1. Wawancara dapat memberikan keterangan keadaan pribadi hal ini tergantung pada hubungan baik antara pewawancara dengan objek
2. Wawancara dapat dilaksanakan untuk setiap umur dan mudah dalam pelaksaannya
3. Wawancara dapat dilaksanakan serempak dengan observasi
4. Wawancara dapat menimbulkan hubungan yang baik antara si pewawancara dengan objek.
5. Data tentang keadaan individu lebih banyak diperoleh dan lebih tepat dibandingkan dengan observasi dan angket.
Langkah-langkah penyusunan wawancara :
1. Perumusan tujuan
2. Perumusan kegiatan atau aspek-aspek yang dinilai
3. Penyusunan kisi-kisi
4. Penyusunan pedoman wawancara
5. Lembaran penilaian
Kelebihan dan kelemahan wawancara
Kelebihan wawancara yaitu :
1. Wawancara dapat memberikan keterangan keadaan pribadi hal ini tergantung pada hubungan baik antara pewawancara dengan objek
2. Wawancara dapat dilaksanakan untuk setiap umur dan mudah dalam pelaksaannya
3. Wawancara dapat dilaksanakan serempak dengan observasi
4. Wawancara dapat menimbulkan hubungan yang baik antara si pewawancara dengan objek.
5. Data tentang keadaan individu lebih banyak diperoleh dan lebih tepat dibandingkan dengan observasi dan angket.
Sedangkan Kelemahan wawancara:
1. Keberhasilan wawancara dapat dipengaruhi oleh kesediaan, kemampuan individu yang diwawancarai.
2. Kelancaran wawancara dapat dipengaruhi oleh keadaan sekitar pelaksaan wawancara
3. Wawancara menuntut penguasaan bahasa yang baik dan sempurna dari pewawancara
4. Adanya pengaruh subjektif dari pewawancara dapat mempengaruhi hasil wawancara
Ada dua jenis wawancara yang dapat pergunakan sebagai alat evaluasi, yaitu:
a.
Wawancara terpimpin (Guided Interview) yang juga sering dikenal dengan istilah
wawancara berstruktur (Structured Interview) atau wawancara sistematis
(Systematic Interview) yaitu interview yang dilakukan oleh subyek evaluasi
dengan cara mengajukan pertanyaan – pertanyaan yang sudah disusun terlebih
dahulu. Jadi, dalam hal ini responden pada waktu menjawab pertanyaan tinggal
memilih jawaban yang sudah disiapkan oleh penanya. Pertanyaan itu kadang-kadang
bersifat sebagai yang memimpin, mengarahkan, dan penjawab sudah dipimpin oleh
sebuah daftar cocok, sehingga dalam menulis jawaban ia tinggal membubuhkan
tanda cocok di tempat yang sesuai keadaan responden.
b. Wawancara tidak terpimpin (Un-Guided Interview) yang sering dikenal dengan istilah wawancara sederhana (Simple Interview) atau wawancara tidak sistematis (Non-Systematic Interview), atau wawancara bebas, dimana responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh subyek evaluasi.
3.
Angket
Angket (kuesioner) merupakan alat pengumpul data melalui komunikasi
tidak langsung, yaitu melalui tulisan. Angket ini berisi daftar pertanyaan yang
bertujuan untuk mengumpulkan keterangan tentang berbagai hal yang berkaitan
dengan responden.
Beberapa petunjuk untuk menyusun angket:
Beberapa petunjuk untuk menyusun angket:
·
gunakan kata-kata yang
tidak mempunyai arti lengkapØ
·
susun kalimat sederhana tapi jelasØ
·
hindari kata-kata yang sulit dipahamiØ
·
pertanyaan jangan bersifat memaksa untuk
dijawabØ
·
hindarkan kata-kata yang negatif dan
menyinggung perasaan responden.Ø
Tentang macam kuesioner,
dapat ditinjau dari beberapa segi :
a) Ditinjau dari segi siapa yang menjawab:
(1) Kuesioner langsung
Kuesioner dikatakan langsung jika kuesioner tersebut dikirimkan dan diisi langsung oleh orang yang akan dimintai jawaban tentang dirinya.
(2) Kuesioner tidak langsung
Adalah kuesioner yang dikirimkan dan diisi oleh bukan orang yang diminta keterangannya. Kuisioner tidak langsung biasanya digunakan untuk mencari informasi tentang bawahan, anak, saudara, tetangga dan sebagainya
a) Ditinjau dari segi siapa yang menjawab:
(1) Kuesioner langsung
Kuesioner dikatakan langsung jika kuesioner tersebut dikirimkan dan diisi langsung oleh orang yang akan dimintai jawaban tentang dirinya.
(2) Kuesioner tidak langsung
Adalah kuesioner yang dikirimkan dan diisi oleh bukan orang yang diminta keterangannya. Kuisioner tidak langsung biasanya digunakan untuk mencari informasi tentang bawahan, anak, saudara, tetangga dan sebagainya
b) Ditinjau dari segi cara menjawabnya:
(1) Kuesioner tertutup
Adalah kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga pengisi hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih.
(2) Kuesioner terbuka
Adalah kuesioner yang disusun sedemikian rupa sehingga para pengisi bebas mengemukakan pendapat. Kuesioner terbuka disusun apabila macam jawaban pengisi belum terperinci dengan jelas sehingga jawabannya akan beraneka ragam. Keterangan tentang alamat pengisi, tidak mungkin diberikan dengan cara memilih pilihan jawaban yang disediakan. Kuesioner terbuka juga digunakan untuk meminta pendapat seseorang.
Angket sebagai alat penilaian terhadap sikap tingkah laku, bakat, kemampuan, minat anak, mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan.
Kelebihan angket antara lain:
·
Dengan angket kita dapat
memperoleh data dari sejumlah anak yang banyak yang hanya membutuhkan waktu
yang singkat.
·
Setiap anak dapat
memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama
·
Dengan angket anak
pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan
Sedangkan
kelemahan angket, antara lain:
·
Pertanyaan yang diberikan
melalui angket adalah terbatas, sehingga apabila ada hal-hal yang kurang jelas
maka sulit untuk diterangkan kembali.
·
Kadang-kadang pertanyaan
yang diberikan tidak dijawab oleh semua anak, atau mungkin dijawab tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Karena anak merasa bebas menjawab dan
tidak diawasi secara mendetail.
·
Ada kemungkinan angket
yang diberikan tidak dapat dikumpulkan semua, sebab banyak anak yang merasa
kurang perlu hasil dari angket yang diterima, sehingga tidak memberikan kembali
angket nya.
Langkah-langkah
menyusun angket :
1. Merumuskan tujuan
2. Merumuskan kegiatan
3. Menyusun langkah-langkah
4. Menyusun kisi-kisi
5. Menyusun panduan angket
6. Menyusun alat penilaian
1. Merumuskan tujuan
2. Merumuskan kegiatan
3. Menyusun langkah-langkah
4. Menyusun kisi-kisi
5. Menyusun panduan angket
6. Menyusun alat penilaian
4.
Catatan anekdot
Yaitu catatan otentik hasil observasi yang menggambarkan tingkah laku
murid atau kejadian dalam situasi khusus, bisa menyangkut individu juga
kelompok. Dengan menggunakan catatan anekdot guru dapat:
a. Memperoleh pemahaman yang lebih tepat tentang perkembangan anak.
b. Memperoleh pemahaman tentang sebab-sebab dari gejala tingkah laku murid.
c. Memudahkan dalam menyesuaikan diri dengan murid.
Catatan anekdot yang baik memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
a. Objektif
Untuk mempertahankan objektivitas dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Memperoleh pemahaman yang lebih tepat tentang perkembangan anak.
b. Memperoleh pemahaman tentang sebab-sebab dari gejala tingkah laku murid.
c. Memudahkan dalam menyesuaikan diri dengan murid.
Catatan anekdot yang baik memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
a. Objektif
Untuk mempertahankan objektivitas dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
·
Catatan dibuat sendiri
oleh guru.Ø
·
Pencatatan dilakukan
segera setelah suatu kegiatan terjadi.Ø
·
Deskripsi dari suatu
peristiwa dipisahkan dari tafsiran pencatatan sendiri.
b.
Deskriptif
Catatan
suatu peristiwa mengenai murid hendaknya lengkap disertai latar belakang,
percakapan dicatat secara langsung, dan kejadian-kejadian dicatat secara
tersusun sesuai dengan kejadiannya.
c. Situasi yang dicatat adalah situasi yang relevan dengan tujuan dan masalah yang sedang menjadi perhatian guru sesuai keadaan murid.
5. Autobiografi
Yaitu sebuah karangan pribadi seseorang (siswa) yang murni hasil dirinya
sendiri tanpa dimasuki pikiran dari orang lain, ini lebih menjurus tentang
pengalaman hidup, cita-cita dan lain sebagainya. Autobiografi bagi guru
bertujuan untuk mengetahui keadaan murid yang berhubungan dengan minat,
cita-cita, sikap terhadap keluarga, guru atau sekolah dan pengalaman hidupnya.
Autobiografi ini dalam pembuatannya dibagi kedalam dua jenis, yaitu
karangan terstruktur dan tidak terstruktur.
1. Terstruktur
Karangan pribadi ini disusun berdasarkan tema (judul) yang telah ditentukan sebelumnya, seperti: cita-citaku, keluargaku, teman-temanku, masa kecilku dan sebagainya.
2. Tidak terstruktur
Di sini murid diminta membuat karangan pribadi secara bebas, dan tidak ditentukan kerangka karangan terlebih dahulu.
6. Sosiometri
1. Terstruktur
Karangan pribadi ini disusun berdasarkan tema (judul) yang telah ditentukan sebelumnya, seperti: cita-citaku, keluargaku, teman-temanku, masa kecilku dan sebagainya.
2. Tidak terstruktur
Di sini murid diminta membuat karangan pribadi secara bebas, dan tidak ditentukan kerangka karangan terlebih dahulu.
6. Sosiometri
Teknik ini bertujuan untuk memperoleh informasi dengan menghubungkan
atau interaksi sosial diantara murid. Dengan sosiometri guru dapat mengetahui
tentang:
·
murid yang populer
(banyak disenangi teman).Ø
·
murid yang terisolir
(tidak dipilih/disukai teman).Ø
·
klik (kelompok kecil, 2-3
orang murid).Ø
Sosiometri
juga dapat digunakan untuk:
·
memperbaiki hubungan
insani diantara anggota-anggota kelompok tertentu.Ø
·
menentukan kelompok kerjaØ
·
meneliti kemampuan
memimpin seorang individu dalam kelompok tertentu untuk suatu kegiatan
tertentu.Ø
7.
Skala penilaian/ rating skala
Skala penilaian digunakan untuk mengetahui keterangan tentang proses
pembelajaran, misalnya: sikap peserta didik dalam mengikuti pelajaran
matematika.
8.
Daftar cocok
Maksudnya adalah suatu tes yang berbentuk daftar pertanyaan yang akan
dijawab dengan membubuhkan tanda cocok ( √ ) pada kolom yang telah disediakan.
9. Riwayat hidup
9. Riwayat hidup
Ini adalah salah satu tehnik non tes dengan menggunakan data pribadi
seseorang sebagai bahan informasi penelitian. Dengan mempelajari riwayat hidup
maka subjek evaluasi akan dpat menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian,
kebiasaan dan sikap dari objek yang dinilai.
E.
Pengembangan Instrumen Penilaian
Pengembangan
Instrumen Penilaian yang dikembangkan perlu memperhatikan hal-hal berikut :
·
berhubungan dengan
kondisi pembelajaran di kelas dan/atau di luar kelas.
·
relevan dengan proses
pembelajaran, materi, kompetensi dan kegiatan pembelajaran.
·
menuntut kemampuan
berpikir berjenjang, berkesinambungan, dan bermakna dengan mengacu pada aspek
berpikir Taksonomi Bloom
·
mengembangkan kemampuan
berpikir kritis seperti: mendeskripsikan, menganalisis, menarik kesimpulan,
menilai, melakukan penelitian, memecahkan masalah, dsb.
·
mengukur berbagai
kemampuan yang sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta
didik.
·
mengikuti kaidah
penulisan soal.
F. Langkah-Langkah Dalam Pengembangan Instrumen Non Tes
Langkah-langkah
dalam pengembangan instrumen non tes (dilihat dari afektif dan psikomotor):
1. Menentukan spesifikasi instrumen
2. Menulis instrumen
3. Menentukan skala pengukuran
4. Menentukan penskoran
5. Menelaah instrument
6. Melakukan uji coba
7. Menganalisis hasil uji coba
8. Melaksanakan pengukuran
9. Menafsirkan hasil pengukuran
1. Menentukan spesifikasi instrumen
2. Menulis instrumen
3. Menentukan skala pengukuran
4. Menentukan penskoran
5. Menelaah instrument
6. Melakukan uji coba
7. Menganalisis hasil uji coba
8. Melaksanakan pengukuran
9. Menafsirkan hasil pengukuran
Komentar
Posting Komentar